A
Reproduksi pada Pria
1.
Alat Reproduksi Pria
Struktur alat reproduksi pada pria, dibedakan menjadi
dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Alat Reproduksi Luar
Alat-alat ini terletak di luar tubuh, terdiri atas
bagian-bagian berikut.
1) Penis
Penis merupakan alat reproduksi yang berfungsi untuk kopulasi
(persetubuhan). Pada penis terdapat tiga rongga, dua rongga di antaranya di
bagian bawah. Ketiga rongga tersebut dibentuk dari jaringan spons. Rongga bagian
atas tersusun dari jaringan spons korpus kavernosa sedangkan rongga bagian
bawah tersusun dari jaringan spons korpus spongiosum. Di dalam penis
terdapat saluran yang disebut uretra. Ketika terjadi ejakulasi, sperma keluar
melalui saluran uretra dalam penis.
2) Skrotum
Skrotum disebut juga kantong pelir. Di dalam skrotum
terdapat alat reproduksi dalam yang disebut testis. Pada alat reproduksi
pria terdapat dua skrotum yaitu skrotum bagian kanan dan kiri. Skrotum disusun
oleh otot-otot berikut.
a) Otot dartos
Otot dartos merupakan otot yang membatasi antara skrotum
kanan dan kiri. Otot dartos berfungsi untuk menggerakkah skrotum untuk mengerut
dan mengendur. Skrotum memiliki adaptasi terhadap udara yang panas maupun
dingin.
b) Otot kremaster
Otot kremaster merupakan penerusan otot lurik dinding
perut. Otot ini berfungsi untuk mengatur suhu lingkungan testis agar stabil,
karena proses spermatogenesis dapat berjalan dengan baik pada suhu stabil,
yaitu 3oC lebih rendah dari suhu di dalam tubuh. Suhu yang
tidak sesuai akan menghambat produksi spermatozoa. Gangguan demam dapat
mengakibatkan penurunan produksi spermatozoa. Pada pria dianjurkan memakai
pakaian yang longgar untuk menunjang kesuburan pria.
b. Alat Reproduksi Dalam
Alat reproduksi dalam terletak di dalam tubuh, yang
terdiri atas bagian-bagian berikut.
1) Testis
Testis terdapat dalam kantong skrotum yang berfungsi untuk memproduksi sperma. Sel-sel yang menghasilkan sperma disebut tubulus seminiferus, yang berukuran hampir sama dengan serabut benang sutera yang paling halus. Sperma yang dihasilkan oleh seorang pria dewasa normal kurang lebih 100 juta sel sperma setiap hari. Testis juga menghasilkan hormon reproduksi yaitu, testosteron. Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel Leydig yang terletak di celah-celah antara tubulus seminiferus.
2) Epididimis
Epididimis merupakan saluran yang memiliki
panjang 7 meter dan menghubungkan antara testis dengan vas deferens. Di dalam
epididimis ini, sperma yang dihasilkan di dalam testis akan ditampung untuk
beberapa saat, kurang lebih selama 2 minggu dan mengalami proses pematangan hingga
sperma menjadi dewasa.
3) Vasdeferens
Setelah sperma dewasa, dari saluran epididimis sperma
disalurkan ke dalam vas deferens. Vas deferens menghasilkan sekret
dan kelenjar, antara lain seperti berikut.
a) Kelenjar prostat
Kelenjar prostat tersusun melingkar, terletak pada
bagian atas uretra dan di bagian bawah kantong kemih. Getah yang dihasilkan
oleh kelenjar protat mengandung kolestrol, fosfolipid, garam.
b) Kelenjar cowper
Kelenjar cowper (bulbouretra) memiliki saluran
yang langsung menuju uretra. Getah yang dihasilkan kelenjar cowper bersifat
basa.
c) Vesikula seminalis
Vesikula seminalis (kantong semen) terdapat di belakang
kantung kemih, yang memiliki struktur berlekuk-lekuk. Di dalam saluran ini,
sperma bercampur dengan produk dari kelenjar-kelenjar tersebut.
Fungsi dari sekret ini antara
lain seperti berikut.
a) Menyediakan zat gizi yang
dibutuhkan oleh spermatozoa, seperti karbohidrat, vitamin, dan asam amino.
Karbohidrat yang dibutuhkan dalam bentuk fruktosa.
b) Sekret bersifat basa yaitu
memiliki pH 7,2 - 7,4, sehingga dapat menetralkan asam yang terdapat di liang
senggama wanita. Karena spermatozoa dapat mati jika berada pada pH asam.
c) Sekret mengandung lendir
pelumas dan zat yang disebut prostaglandin yang dapat merangsang pergerakan
dinding rahim. Sperma bersama sekret inilah yang disebut dengan air mani atau
semen. Di dalam vas deferens, sperma dapat bertahan hidup selama 6 minggu, tetapi
apabila berada pada tubuh wanita hanya bertahan selama 1-2 hari.
4) Duktus ejakulatoris
Setelah dari vas deferens, mani yang terbentuk akan dialirkan ke bagian saluran pemancaran yang disebut duktus ejakulatoris. Dari bagian ini, sperma disemprotkan lewat saluran di dalam penis yaitu uretra.
Seorang pria normal yang sudah memasuki usia dewasa akan
menghasilkan sel kelamin pria atau sering disebut sperma. Adapun sperma ini
terbentuk di dalam testis. Proses pembentukan sperma disebut spermatogenesis.
Sel induk sperma mempunyai kromoson sebanyak 23 pasang. Sel-sel ini disebut spermatogonia.
Sperma
diproduksi oleh tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus ini adalah mampu
memproduksi sperma setiap hari sekitar 100 juta spermatozoa. Jumlah yang normal
spermatozoa berkisar antara 35 - 200 juta, tetapi mungkin pada seseorang hanya
memproduksi kurang dari 20 juta, maka orang tersebut dapat dikatakan kurang
subur. Biasanya faktor usia sangat berpengaruh terhadap produksi sperma.
Seorang pria yang berusia lebih dari 55 tahun produksi
spermanya berangsur-angsur menurun. Pada usia di atas 90 tahun, seseorang akan kehilangan
tingkat kesuburan. Selain usia, faktor lain yang mengurangi kesuburan adalah
frekuensi melakukan hubungan kelamin. Seseorang yang sering melakukan hubungan kelamin
akan berkurang kesuburannya. Hal ini disebabkan karena sperma belum sempat
dewasa sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Berkebalikan dengan hal itu,
apabila sperma tidak pernah dikeluarkan maka spermatozoa yang telah tua akan
mati lalu diserap oleh tubuh.
a. Spermatogenesis
Proses pembentukan sperma bermula dari pembelahan secara
mitosis dari sel-sel spermatogonia, selanjutnya sel-sel spermatogonia mengalami
perkembangan menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer masih bersifat diploid
dan memiliki kromosom sebanyak 23 pasang. Melalui pembelahan secara meiosis
tahap I, maka spermatosit primer yang diploid itu akan menghasilkan spermatosit
sekunder yang bersifat haploid.
Setelah itu, spermatosit sekunder mengalami pembelahan
meiosis tahap II yang menghasilkan 4 spermatid dan akan mengalami diferensiasi.
Dalam proses tersebut kemudian akan kehilangan banyak sitoplasma dan membentuk spermatozoa
atau sel-sel sperma.
b. Struktur Sperma
Sel-sel sperma memiliki struktur yang khusus. Struktur spermatozoa terlihat
mempunyai bentuk seperti kecebong, terdapat bagian
kepala dan ekor.
Sel-sel sperma memiliki struktur sebagai berikut.
1) Kepala
Pada bagian ini terdapat inti sel. Bagian kepala dilengkapi dengan suatu bagian yang disebut dengan akrosom, yaitu bagian ujung kepala sperma yang berbentuk agak runcing dan menghasilkan enzim hialuronidase yang berfungsi untuk menembus dinding sel telur.
2) Bagian tengah
Bagian tengah mengandung mitokondria yang
berfungsi untuk pembentukan energi. Energi tersebut berfungsi untuk pergerakan
dan kehidupan sel sperma. Bahan bakar dalam pembentukan energi ini adalah
fruktosa.
3) Ekor
Bagian ekor lebih panjang, bersifat motil atau
banyak bergerak. Fungsinya adalah untuk alat pergerakan sperma sehingga dapat
mencapai sel telur. Pergerakan sel ini maju didorong oleh bagian ekor dengan pergerakan
menyerupai sirip belakang ikan.
Pembentukan sperma dipengaruhi oleh hormon FSH
(Folicel Stimulating Hormone) dan LH (Lutenizing Hormone).
Pembentukan FSH dan LH dikendalikan oleh hormon gonadotropin yaitu
hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipothalamus dari otak.
B
Reproduksi pada Wanita
1.
Alat Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita di antaranya adalah sebagai
berikut:
a. Organ Reproduksi Luar
Organ reproduksi luar wanita yaitu vulva. Vulva banyak
disusun oleh jaringan lemak. Daerah ini disebut mons pubis (mons veneris). Di bagian bawah dari monspubis terdapat suatu
lipatan yang berjumlah sepasang yang disebut dengan labium mayor (bibir
besar). Pada bagian lebih dalam dari labium mayor terdapat pula lipatan yang
kedua berjumlah sepasang yang disebut dengan labium minor (bibir kecil). Kedua lipatan ini berfungsi untuk
melindungi vagina. Di bagian atas dari struktur labium ini terdapat klitoris,
yang merupakan organ erektil pada wanita. Saluran yang langsung berhubungan
dengan vulva adalah uretra dan vagina.
b. Alat Reproduksi Dalam
Organ reproduksi dalam pada
wanita terdiri atas bagian-bagian berikut.
1) Ovarium
Ovarium terletak
di sebelah kiri dan kanan rahim. Bentuk ovarium lonjong dengan panjang 2 - 2,5
cm, lebar 1 - 1,5 cm, tebal 0,5 - 1,5 cm dan berat 15 gram. Umumnya sel telur
diproduksi setiap 28 hari. Sel telur yang dihasilkan oleh ovarium ini
terbungkus dalam kantong yang disebut folikel. Sebelum memasuki masa
usia subur, folikel dan sel telur terlihat seolah-olah mati. Seiring dengan
bertambahnya usia maka akan bertambah besar dan fungsional dengan dirangsang
oleh hormon FSH (Folicle Stimulating Hormon) dan LH (Luteinizing
Hormone) yang berasal dari kelenjar hipofise di otak. Folikel akan semakin
besar dan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron yang akan merangsang
untuk menghentikan produksi hormon FSH dan LH. Hormon estrogen dan progesteron
akan mempengaruhi sifat-sifat pada wanita untuk menjadi dewasa.
Saat pertengahan terjadinya
menstruasi, folikel semakin bertambah besar dan akhirnya pecah untuk mengeluarkan
sel telur yang ada di dalamnya, yang disebut ovulasi. Sebelum terjadinya
kehamilan, hampir seluruh hormon estrogen dihasilkan oleh ovarium dan sebagian
kecil kelenjar adrenal. Setelah telur mengalami pematangan, selanjutnya akan
disalurkan melewati oviduk. Oviduk ini merupakan saluran yang panjang
menuju ke rahim. Oviduk disebut juga saluran tuba fallopi. Di dalam
saluran inilah terjadi pembuahan antara sperma dan ovum. Di dalam sepanjang
saluran tuba fallopi ini terdapat rambut-rambut getar atau cilia yang berfungsi
untuk mendorong atau mempermudah jalannya zigot hasil pembuahan.
2) Uterus (rahim)
Uterus (rahim) merupakan suatu
rongga pertemuan dari dua saluran tuba falopi bagian kiri dan kanan. Uterus
berbentuk seperti buah pir. Bagian bawah dari uterus disebut serviks (leher
rahim). Jaringan yang menyusun uterus berupa otot polos dan lapisan endometrium
(dinding rahim) yang tersusun dari epitel dan menghasilkan banyak lendir dan
pembuluh darah. Ketika terjadi ovulasi, lapisan endometrium akan menebal, tetapi
ketika menstruasi lapisan endometrium akan meluruh.
Fungsi uterus (rahim) ini
adalah sebagai tempat menempelnya janin. Di sinilah janin akan tumbuh besar
yang kemudian kehidupannya ditopang oleh plasenta. Plasenta akan
mencukupi kebutuhan janin yang berupa O2 dan makanan yang diperoleh dari
ibunya.
3) Vagina
Organ reproduksi wanita yang
lain yaitu vagina. Organ ini merupakan suatu saluran tempat
berlangsungnya proses kopulasi, yaitu pertemuan antara dua alat kelamin.
Vagina juga merupakan jalan keluar bayi apabila sudah siap dilahirkan. Di samping itu vagina juga berfungsi sebagai
jalan keluarnya darah menstruasi. Vagina bermuara pada vulva.
2.
Pembentukan Sel Telur (Ovum)
Proses pembentukan sel telur
disebut oogenesis, proses ini berlangsung di dalam ovarium (indung
telur). Sel telur berasal dari sel induk telur yang disebut oogonium.
Dalam oogonium, terkandung kromoson sebanyak 23 pasang. Sel-sel oogonium ini
bersifat diploid. Di dalam ovarium ini, sel-sel oogonium membelah secara
mitosis. Pada proses oogenesis ini, oogonia akan berkembang menjadi oosit primer.
Oosit primer masih memiliki kromosom yang sama dengan sel induknya, yaitu 23
pasang dan badan kutub I, kemudian oosit sekunder akan mengalami pembelahan
lagi secara mitosis membentuk ootid dan badan kutub II. Selanjutnya ootid
inilah yang akan berkembang menjadi ovum. Ovum yang dihasilkan dari proses ini
hanya berjumlah satu. Proses oogensis ini diatur oleh hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone), yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofisis di dasar otak.
Fungsi hormon FSH dalam system reproduksi adalah:
a.
mengatur proses pertumbuhan sel telur;
b.
menghasilkan hormon estrogen, hormon estrogen pada kadar tertentu dapat
menghambat produksi hormon FSH;
c.
mempengaruhi sel-sel folikel yang berfungsi untuk memberi nutrien pada sel
telur.
3. Ovulasi
Ovulasi adalah
proses pelepasan sel telur. Proses ovulasi dipengaruhi oleh hormon, yaitu LH
dan FSH. Kedua hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis di dalam otak.
Pada saat inilah seorang wanita dikatakan mengalami masa subur. Masa subur bagi
seorang wanita tidak berlangsung setiap hari. Satu siklus menstruasi (haid)
akan dimulai pada hari pertama setelah hari terakhir masa haid sebelumnya dan
berakhir pada hari pertama masa haid berikutnya. Mulai pada hari pertama siklus
ini sel telur bersama folikelnya akan mengalami pematangan. Lalu pada sekitar
13 - 15 hari sebelum hari pertama haid akan terjadi ovulasi.
Setelah sel telur masak,
selanjutnya akan dikeluarkan dari ovarium.
Setiap bulan, seorang wanita
normal yang sudah memasuki masa akil balig atau dewasa akan mengalami
menstruasi. Menstruasi terjadi karena sel telur yang dilepaskan folikel tidak
dapat dibuahi oleh sel sperma. Setelah pelepasan
sel telur, maka folikel akan kosong, selanjutnya akan membentuk korpus luteum yang
berwarna kuning. Korpus luteum ini akan
memacu terbentuknya hormon progesteron. Hormon ini akan menyebabkan terjadinya
penebalan dinding rahim atau endometrium, tetapi hormon ini akan
mengalami penurunan jumlah, kemudian korpus luteum akan berdegenerasi, yang
diikuti peluruhan yang disebut dengan peristiwa menstruasi.
Akibatnya, terjadi pendarahan
yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa luruhnya
sel telur yang tidak dibuahi yang sudah menjadi mati bersama-sama dengan
selaput lendir dinding rahim yang merupakan lapisan yang kaya pembuluh darah. Masa
menstruasi berlangsung selama 2 - 7 hari. Setelah itu siklus yang baru akan dimulai.
Diawali dengan pulihnya kembali dinding endometrium, selanjutnya FSH mulai
dihasilkan lagi dan mempengaruhi pembentukan sel telur kembali.
Kejadian seperti ini akan
terjadi berulang-ulang, lalu berhenti untuk sementara waktu pada saat
terjadinya kehamilan, lalu akan terjadi lagi setelah kelahiran.
Seorang wanita yang
sudah menopouse (tidak mengalami haid lagi) tidak dapat menghasilkan sel telur karena semua oosit primer yang terbentuk akan mengalami degradasi.
Usia menopouse berkisar antara 45-50 tahun ke atas. Pada saat itu banyak
perubahan yang dialami oleh seorang wanita. Berbagai gejolak terjadi, antara
lain adalah mudah, murah, mudah tersinggung, cemas, cepat letih, dan sulit
bernapas. Pada satu di antara delapan wanita, gejala ini akan terjadi cukup
parah sehingga perlu pengobatan secara medis.
Pada saat seorang wanita
mengalami menopouse dikatakan indung telurnya mengalami "masa pensiun" secara gen
dan progesteron pun juga akan berhenti. Akibatnya akan terjadi beberapa hal
pada wanita, antara lain dapat mengalami kecenderungan tulang keropos (osteoporosis).
Selain itu, peluang untuk mendapat serangan jantung lebih besar. Berdasarkan hal
ini berarti dapat kita ketahui bahwa indung telur tidak hanya sekedar "pabrik" penghasil sel-sel telur saja, tetapi lebih dari itu merupakan satu organ tubuh
yang penting, walaupun seorang wanita dapat hidup namun tidak normal tanpa
memiliki indung telur ini.
Perbedaan antara
spermatogenesis dan oogenesis
No. |
Pembeda |
Spermatogenesis |
Oogenesis |
1. |
Tujuan |
Pembentukan sperma |
Pembentukan ovum |
2. |
Tempat |
Testis |
Ovarium |
3. |
Hasil |
4 sel sperma fungsional |
1 sel ovum fungsional dan 3 badan polar (polosit) |
4. |
Pembelahan |
Pembelahan meiosisnya terjadi secara simetris |
Pembelahan meiosisnya terjadi secara asimetris |
5. |
Proses |
Spermatogenesis terjadi secara terus menerus |
Oogenesis memiliki periode istirahat yang panjang |
5. Fertilisasi
Fertilisasi adalah
proses peleburan antara sel telur dengan spermatozoa. Proses fertilisasi terjadi ketika
sel telur dilepaskan dari folikel di dalam ovarium, maka sel telur akan menuju
ke tuba fallopi (saluran oviduk). spermatozoa akan dapat membuahi ovum dalam
saluran tuba fallopi tersebut.
Spermatozoa akan bergerak dengan
bantuan bagian ekornya. Pergerakan tersebut dapat mencapai 12 cm per jam di
sepanjang tuba fallopi (saluran oviduk). Pergerakan spermatozoa dibantu juga oleh
pergerakan dinding rahim dan dinding tuba falopi. Bergeraknya sel sperma ini juga dibantu hormon prostaglandin yang terdapat di dalam semen, yang juga dapat merangsang pergerakan dinding rahim.
Untuk dapat membuahi sel telur,
jumlah spermatozoa tidak boleh kurang dari 20 juta. Dari jumlah tersebut hanya
satu yang akan membuahi sel telur, dan yang lain akan mati dan terserap oleh
tubuh. Ibarat perlombaan, hanya satu yang akan menjadi pemenang, dan itulah
yang akan membuahi sel telur. Sesaat sebelum terjadinya fertilisasi, sperma
melepaskan enzim pencerna yang bernama hialuronidase yang bertujuan
untuk melubangi protein penyelubung telur. Setelah dinding sel telur berlubang,
maka sel sperma masuk ke dalam sel telur. Bagian yang masuk adalah kepala dan
bagian tengah, sedangkan ekor dari sel sperma terputus dan tertinggal.
Akhirnya, terjadilah pembuahan itu. Dari pembuahan tersebut akan dihasilkan
zigot yang bersifat diploid dan memiliki kromosom sebanyak 23 pasang atau 46
kromosom di antaranya 44 kromosom tubuh dan 2 kromosom kelamin. Di dalam 46 kromosom
ini terdapat semua rumus untuk membentuk seorang manusia.
Selanjutnya, zigot hasil
pembuahan tersebut akan mengalami pembelahan secara mitosis. Sel akan langsung
mengalami pembelahan ganda dari yang semula satu sel menjadi dua, lalu menjadi
empat, delapan dan seterusnya. Pembelahan itu berlangsung di sepanjang saluran
tuba fallopi, sambil berjalan menuju uterus. Di sepanjang tuba fallopi terdapat
rambut-rambut getar yang selalu bergerak melambai ke arah rahim (uterus) yang
berfungsi untuk memudahkan pergerakan zigot menuju rahim (uterus). Selama
berjalan menuju rahim, zigot aktif membelah. Pada saat itu dibutuhkan makanan
untuk menjamin kehidupannya. Sumber makanannya adalah kuning telur, yang
menyediakan makanan selama perjalanan zigot sampai dapat tertanam di dalam
rahim.
Apabila perjalanan yang
dilakukan zigot normal, dalam waktu 6 hari zigot sudah tertanam di dalam
dinding rahim. Tetapi pada kasus yang tidak normal, dapat terjadi pergerakan
zigot di sepanjang tuba falopi terlalu lambat dan bahkan zigot terhambat,
akhirnya akan tertanam di dinding tuba falopi. Keadaan ini sering disebut
dengan istilah hamil di luar kandungan. Jika ini terjadi maka zigot tidak akan
dapat tumbuh dengan normal, dan jika terjadi pertumbuhan pada zigot maka
keadaan ini akan membahayakan ibunya, karena janin tersebut akan dapat
memecahkan saluran tuba falopi. Semakin cepat kelainan ini diketahui semakin
baik hasil penanggulangannya.
Tahap-tahap pembelahan zigot
dimulai dari morula, kemudian berkembang menjadi blastula,
selanjutnya blastula ini akan bergerak ke bagian rahim (uterus) dan sesampainya
di rahim zigot yang aktif membelah akan mengebor lapisan lendir rahim dengan
menggunakan enzim yang dapat melebur sel-sel pada lapisan tesebut. Proses
pengeboran ini dapat terjadi selama 4 - 5 hari, kemudian blastula akan tertanam
pada dinding rahim. Peristiwa ini disebut implantasi, yang terjadi
setelah 1 minggu terjadinya fertilisasi. Pada saat ini, korpus iuteum menghasilkan
hormon progesteron, yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan rahim.
Setelah terjadi perlekatan zigot
di dalam dinding rahim, hormon estrogen dan progesteron mengatur agar
menstruasi tidak terjadi. Blastula meneruskan pembelahan secara terus-menerus
yang menghasilkan gastrula, kemudian menjadi embrio dan akhirnya embrio akan berkembang
menjadi janin di dalam rahim.
Fase yang terjadi pada
perkembangan embrio meliputi fase morula, blastula, gastrula, dan embrio. Pada
proses awal pembentukan zigot sampai tertanamnya di dalam rahim merupakan masa
kritis, artinya kesalahan kecil sekalipun dapat berakibat fatal. Semua sistem
terkait harus berjalan dengan tepat demi kelangsungan hidup sel-sel janin
tersebut. Setelah menemukan tempat tinggal yang aman dalam dinding rahim, janin
tersebut selanjutnya akan dihidupi oleh cairan khusus yang dihasilkan dinding
rahim.
Setelah
terbentuknya zigot, maka zigot akan membelah terus untuk membentuk embrio yang kemudian
tertanam di dalam rahim. Sewaktu berada di dalam rahim, embrio ini juga selalu
membelah dan mengalami perkembangan untuk membentuk janin (fetus).
Pada tahap
awal, bentuk embrio manusia tidak jauh berbeda dari bentuk embrio hewan
vertebrata lain, yaitu mirip kecebong yang memiliki panjangnya 5 mm. Tahap
blastulasi terjadi pada minggu pertama setelah fertilisasi. Pada saat ini
embrio masih sangat kecil. Walaupun dalam kurun waktu itu ia telah terdiri atas
ratusan sel-sel kecil yang berkumpul membentuk bola kecil yang berukuran hampir
sama dengan kepala jarum pentul. Pada proses pembentukan blastula, sel-sel
membelah dengan cepat dan terjadi migrasi sel di dalam embrio, yang membentuk
dua bagian utama, yaitu embrio yang nantinya berkembang menjadi janin dan
membran ekstra embrio yang nantinya membentuk plasenta, amnion, dan tali pusar.
Ketiga bagian ini berfungsi untuk menunjang kehidupan janin, antara lain:
a. untuk memberikan nutrisi,
b. pertukaran gas, dan
c. menahan goncangan.
Plasenta juga dapat menghasilkan hormon-hormon tertentu, antara lain mengatur hormon kelenjar dan relaksin yang berfungsi untuk fleksibilitas simfibis pubis dan organ-organ lain di daerah tersebut sehingga mempermudah kelahiran. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses gastrulasi yang terjadi pada minggu ke-3. Pada proses gastrulasi, jaringan sudah membentuk 3 lapisan, yaitu lapisan ektodermis, mesodermis, dan endodermis.
Ketiga lapisan jaringan tersebut akan mengalami diferensiasi dan spesialisasi
membentuk organ dan sistem organ.
a.
Lapisan ekstroderm akan membentuk organ-organ seperti saraf, hidung, mata,
kelenjar kulit dan berkembang menjadi jaringan epidermis.
b.
Lapisan mesoderm akan berkembang membentuk organ ginjal, limpa, kelenjar
kelamin, jantung, pembuluh darah, getah bening, tulang dan otot.
c.
Lapisan endoderm akan membentuk organ hati, pankreas, saluran pencernaan,
saluran pernapasan, kelenjar gondok, dan anak gondok .
Fase itu disebut fase organogenesis.
Fase ini terjadi pada minggu ke-4 s.d. minggu ke-8. Pada saat janin berusia 14
minggu, organ sudah terbentuk lengkap. Janin terus mengalami pertumbuhan dan
penyempurnaan pada bagian-bagian organ tubuhnya, hingga usia 9 bulan 10 hari
sebagai usia yang normal bagi bayi untuk dilahirkan. Kadar hormon estrogen pada
seorang wanita yang hamil sedikit. Hormon estrogen ini akan membantu kontraksi
uterus. Selain itu, dihasilkan pula hormon oksitosin yang fungsinya sama seperti
estrogen.
Air susu ibu dihasilkan oleh
kelenjar susu pada payudara seorang wanita yang dapat memproduksi, biasanya
dihasilkan setelah kehamilan tua atau setelah melahirkan.
Manfaat Air Susu Ibu (ASI)
Pada proses kehamilan yang
normal, setelah janin berusia 9 bulan 10 hari, akan dilahirkan. Setelah lahir,
bayi akan memasuki masa pertumbuhan pasca kelahiran.
Air susu ibu (ASI) mempunyai peranan yang penting bagi seorang bayi, yaitu untuk menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Ketika seorang bayi berusia di bawah 4 bulan, mereka belum diberikan makanan tambahan, karena pencernaannya masih halus sekali sehingga bayi hanya memerlukan makanan khusus yang berbentuk cair, yaitu susu.
ASI mengandung zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan sangat sesuai dengan pencernaan bayi.
Keutamaan ASI lainnya adalah bebas bakteri dan dapat memberikan kekebalan pasif
pada bayi, serta dapat mengurangi resiko bayi terkena infeksi. Pemberian ASI
saja pada bayi yang berumur di bawah 4 tahun ini disebut pemberian ASI
eksklusif. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang ibu kurang bisa memberikan
ASI terhadap bayinya, antara lain karena kesibukan kerja, hilangnya kepercayaan
diri, kurangnya penerangan tentang manfaat ASI, dan
sosialisasi.
Kelainan organ reproduksi
biasanya menyebabkan ketidakmampuan hamil/infertilitas. Sekitar 10% dari
pasangan hasil perkawinan mempunyai problem ini. Hampir 30% infertilitas ini
disebabkan faktor pria.
Beberapa jenis kelainan yang
terjadi pada sistem reproduksi adalah sebagai berikut.
1. Penyempitan Saluran
Telur/Oviduk
Kelainan ini merupakan faktor
bawaan, tetapi adapula yang disebabkan karena infeksi kuman tertentu. Saluran
oviduk yang sempit akan membuat sperma sulit untuk menjangkau bagian dalam
saluran tersebut, sehingga menyebabkan pembuahan sulit terjadi.
2. Mandul (Infertilitas)
Mandul dapat terjadi pada pria
maupun perempuan. Mandul berarti seorang pria atau wanita tidak dapat
memproduksi sel-sel sperma maupun ovum. Faktor paling besar dipengaruhi oleh
gangguan hormon reproduksi.
3. Impotensi
Kelainan ini dialami oleh pria,
yaitu suatu keadaan penis yang tidak dapat melakukan ereksi (tegang),
sehingga sulit untuk melakukan kopulasi (fertilisasi). Biasanya
impotensi disebabkan oleh faktor hormonal, yaitu terhambatnya fungsi hormon
reproduksi, bisa juga disebabkan oleh faktor psikologis atau emosional
seseorang.
4. Kanker Cerviks (Mulut Rahim)
Gangguan ini dialami oleh
wanita. Penyakit ini dapat disebabkan oleh virus atau bakteri dan biasanya
menyerang seorang wanita usia 45 ke atas. Pada mereka persentase terbesar
penyakit kanker adalah kanker cerviks
5. Kanker Payudara
Penyakit ini juga rentan
menyerang wanita. Seorang wanita yang tidak pernah menyusui besar kemungkinan
dapat menderita penyakit ini.
6. Sifilis
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema
pallidum, penyakit ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual, transfusi
darah, atau luka mikroskopis.
7. Herpes simplex
Penyakit ini disebabkan karena
virus herpes simplex tipe II yang menyerang kulit di daerah alat
reproduksi luar. Gejala penyakit ini adalah gatal-gatal, kemerahan di kulit,
pedih dan timbul beberapa lepuh kecil, yang kemudian menjadi keruh dan pecah.
8. Endometriosis
Endometriosis merupakan
kelainan, antara lain yaitu terdapatnya jaringan endometrium di luar rahim.
Gejalanya ketika menstruasi terasa nyeri. Rasa nyeri ini disebabkan
pengelupasan jaringan endometriosis.
D. Teknologi
Sistem Reproduksi
- Amniosentesis,
teknik pengambilan cairan amnion untuk dianalisis secara genetik dan
biokimia untuk mendeteksi kelainan genetik.
- USG (Ultrasonografi), teknik
diagnostik menggunakan gelombang ultrasonik untuk menampilkan keadaan bayi
dalam rahim ibu.
- Fertilisasi in vitro (bayi tabung), ovum difertilisasi dengan sperma
pada media kultur untuk menghasilkan embrio, kemudian diimplantasikan ke
uterus agar terjadi kehamilan.
E. Metode Kontrasepsi dalam Program Kependudukan dan KB (Keluarga Berencana)
1. Metode kontrasepsi adalah
menghambat pergerakan sperma ke ovum, mencegah ovulasi, atau mencegah
implantasi zigot.
2. Jenis metode kontrasepsi:
a.
Kontraseps
alami (sistem kalender)
b.
Koitus
interuptus
c.
Kontrasepsi
kimiawi, yang bersifat toksik bagi sperma.
d.
Penghambatan
implantasi
e.
Metode
sawar mekanis (vasektomi dan tubektomi)
f.
Pencegahan
ovulasi (pil KB, susuk KB, atau suntik KB)
Sumber Materi:
Buku-buku BSE dan lainnya yang relevan, dan internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar