Minggu, 10 Januari 2021

SISTEM KOORDINASI

SISTEM SARAF

 

Sistem    saraf    sebagai    sistem koordinasi  mempunyai 3 (tiga) fungsi utama  yaitu:

1.   Pengatur/pengendali   kerja  organ tubuh,

2.   Pusat pengendali tanggapan,

3.   Alat komunikasi dengan dunia luar.

Untuk bereaksi terhadap rangsangan, tubuh memerlukan 3 komponen yaitu:

1.    Reseptor 

2.    Sistem saraf 

3.    Efektor

 

I.   SISTEM SARAF PADA MANUSIA

A.    Neuron (Sel Saraf)

1.   Neuron merupakan unit fungsional sistem saraf, terdiri atas bagian:

  Badan sel. Berfungsi mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.

  Dendrit. Juluran sitoplasma untuk menerima impuls dari sel lain untuk dikirimkan ke badan sel.

  Akson. Juluran sitoplasma yang panjang untuk mengirimkan impuls ke neuron lainnya. Akson dibungkus selubung mielin. Bagian akson tanpa mielin disebut nodus Ranvier untuk mempercepat jalannya impuls. Mielin ditutupi oleh selubung Schwann (neurilema).

2.   Neuron tidak dapat melakukan mitosis, namun serabutnya dapat beregenerasi.

3.   Macam-macam neuron

Neuron berdasarkan juluran sitoplasma:

˗  Neuron multipolar: satu akson dan dua dendrit atau lebih.

˗  Neuron bipolar: dua juluran berupa dendrit dan akson.

˗  Neuron unipolar: neuron bipolar yang tampak hanya memiliki satu juluran dari badan sel karena akson dan dendritnya berfusi.

Neuron berdasarkan fungsi:

˗  Neuron sensor (aferen): menghantarkan impuls dari organ sensor ke saraf pusat.

˗  Neuron motor (eferen): menghantarkan impuls dari saraf pusat ke organ motor atau kelenjar.

˗  Neuron konektor: penghubung antar-neuron.

4.   Sel Neuroglia (Glia)

Adalah sel penunjang pada saraf pusat yang berfungsi sebagai jaringan ikat.

Jenis sel glia:

  Astrosit, sebagai lem yang menyatukan neuron.

  Oligodendrosit, membentuk lapisan mielin.

  Mikroglia, untuk pertahanan imun.

  Sel ependima, membran epitelium yang melapisi rongga serebral dan medula spinalis.

5.   Sinapsis

   Adalah hubungan satu neuron dengan yang lain; titik temu ujung akson satu neuron dengan dendrit dari neuron lain; atau hubungan ke otot dan kelenjar.

   Bagian sinapsis: prasinaps (bagian akson terminal), celah sinaps (ruang antara prasinaps dengan pascasinaps), dan pascasinaps (bagian dendrit).

   Pada celah sinaps terdapat substansi kimia neurotransmiter untuk mengirimkan impuls.

   Neurotransmiter dapat bersifat eksitasi (meningkatkan impuls) atau inhibisi (menghambat impuls).

 

6.   Impuls Saraf, Gerak Sadar, dan Refleks

  Impuls saraf adalah rangsangan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron menjalari serabut saraf.

  Impuls akan menyebabkan terjadinya gerakan.

  Gerak sadar (disengaja/disadari):

impuls à reseptor/indra à saraf sensoris à otak à saraf motor à efektor/otot

  Gerak refleks (tidak disengaja/tidak disadari):

Impuls à reseptor/indra à saraf sensoris à sumsum tulang belakang à saraf motor à efektor/otot

 

7.   Mekanisme Penghantaran Impuls

   Impuls yang diterima oleh reseptor dihantarkan oleh dendrit menuju badan sel saraf dan akson, kemudian dihantarkan ke neuron lainnya.

   Neuron dalam keadaan istirahat memiliki energi potensial membran untuk bekerja mengirim impuls. Energi tersebut dihasilkan oleh perbedaan komposisi ion intraseluler dan ekstraseluler.

   Di dalam sel, kation (ion positif) utama adalah K+, dan Na+ rendah. Di luar sel, kation utamanya Na+. K+ rendah.

   Energi dipertahankan dengan cara pompa K+ ke dalam sel dan Na+ ke luar sel.

   Tahap penghantaran impuls

-   Tahap istirahat (polarisasi). Neuron tidak menghantarkan impuls, ekstraseluler bermuatan positif (+) dan intraseluler bermuatan negatif (-).

-   Tahap depolarisasi. Neuron mendapat rangsang, saluran Na+ terbuka dan Na+ masuk ke dalam sel. Terjadi perubahan muatan listrik: ekstraseluler bermuatan negatif, intraseluler bermuatan positif.

-   Tahap repolarisasi. Saluran Na+ tertutup, saluran K+ terbuka sehingga K+ keluar. Kondisi akan kembali seperti tahap istirahat.


Penghantaran impuls saraf

Saraf dalam keadaan polarisasi à dirangsang à depolarisasi à timbul aliran listrik à timbul impuls saraf à penghantaran impuls melalui neuron.

8.   Sistem Saraf Pusat (SSP)

a.   Terdiri atas otak (serebral) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Keduanya dilapisi jaringan ikat yang disebut meninges, yang terdiri atas:

  Piameter, lapisan paling dalam dan mengandung pembuluh darah.

  Araknoid, lapisan tengah dan mengandung sedikit pembuluh darah.

  Durameter, lapisan terluar yang terdiri atas dua lapisan. Lapisan terluar melekat pada kranium.

b.   Otak dan medula spinalis memiliki substansi abu-abu (bagian dalam) dan substansi putih (bagian luar).


a.  Otak

Tersusun dari 100 milyar neuron yang terhubung oleh sinapsis membentuk anyaman kompleks.

Bagian-bagian otak:

(1)  Serebrum (otak besar). Mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak. Bagian terluarnya disebut korteks serebral, dan bagian dalamnya disebut nukleus (ganglia) basal. Area fungsional korteks serebral:

  Area motor primer, mengendalikan kemampuan bicara.

  Area sensor korteks, meliputi area sensor, area visual, area auditori, area alfaktori, dan area pengecap.

  Area asosiasi, meliputi area frontal (pusat intelektual dan fisik), area somatik (pusat interpretasi), area visual, dan area wicara Wernicke.

Nukleus basal merupakan pusat koordinasi motor.

(2) Diensefalon. Terletak di antara serebrum dan otak tengah. Terdiri atas:

  Talamus, berfungsi menerima dan meneruskan impuls ke korteks otak besar, serta berperan dalam sistem kesadaran dan kontrol motor.

  Hipotalamus, berfungsi mengendalikan sistem saraf otonom, pusat pengaturan emosi, dan memengaruhi sistem endokrin.

  Epitalamus, berperan dalam dorongan emosi.

(3) Sistem limbik, yaitu cincin struktur otak depan yang mengelilingi otak dan berfungsi dalam pengaturan emosi, mempertahankan kelangsungan hidup, pola perilaku sosioseksual, motivasi, dan belajar.

(4) Mesensefalon (otak tengah), menghubungkan pons dan serebelum (otak kecil) dengan otak besar, berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks, serta meneruskan informasi penglihatan dan pendengaran.

(5) Pons Varolii (jembatan varol), mengatur frekuensi dan kekuatan bernapas.

(6) Serebelum (otak kecil), mempertahankan keseimbangan, kontrol gerakan mata, meningkatkan kontraksi otot, serta koordinasi gerakan sadar yang berkaitan dengan keterampilan.

(7) Medula oblongata (sumsum lanjutan), berfungsi dalam pengendalian ferkuensi denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, gerakan alat pencernaan makanan, menelan, muntah, sekresi kelenjar pencernaan, dan mengatur gerak refleks.

(8) Formasi retikuler, berfungsi memicu dan mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran.

 

 

b. Medula Spinalis (Sumsum tulang belakang)

  Berfungsi mengendalikan aktivitas refleks, komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh, serta menghantarkan rangsangan koordinasi antara otot dan sendi ke serebelum.

  Substansi abu-abu mengisi struktur dalam dan substansi putih mengisi struktur bagian luar.

 

c.   Sistem Saraf Tepi (SST)

1.     Saraf cranial (Central Nerve)

No

Nama saraf kranial

Jenis Neuron

Fungsi

1

Saraf olfaktori (CN I)

Sensori

Indra penciuman

2

Saraf optik (CN II)

Sensori

Indra penglihatan

3

Saraf okulomotor (CN III)

Sensori, motorik

Impuls dari dan ke otot mata

4

Saraf troklear (CN IV)

Sensori, motorik

Impuls dari dan ke otot sadar mata

5

Saraf trigeminal (CN V)

Sensori, motorik

Impuls otot mastikasi, wajah, hidung, dan mulut

6

Saraf abdusen (CN VI)

Sensori, motorik

Impuls dari dan ke otot rektus lateral mata

7

Saraf fasial (CN VII)

Sensori, motorik

Impuls ekspresi wajah, lidah, kelenjar air mata dan saliva

8

Saraf vestibulokoklear (CN VIII)

Sensori,

Impuls dari indra pendengaran

9

Saraf glosofaring (CN IX)

Sensori, motorik

Impuls otot bicara, menelan, kelenjar ludah, rasa pada lidah

10

Saraf vagus (CN X)

Sensori, motorik

Impuls organ pada toraks dan abdomen

11

Saraf aksesori spinal (CN XI)

Sensori, motorik

Impuls faring, laring, trapezius, dan sternokleidomastoid

12

Saraf hipoglosal (CN XII)

Sensori, motorik

Impuls dari dan ke otot lidah

 

2.   Saraf spinal

  Terdiri atas 31 pasang saraf yang muncul dari segmen-segmen medula spinalis dan diberi nama sesuai nama ruas tulang belakang.

 

Berdasarkan arah impuls, SST dibagi menjadi divisi aferen (membawa informasi dari reseptor ke SSP dan divisi eferen (membawa instruksi dari SSP ke organ efektor).

Divisi eferen: sistem saraf somatik (neuron motor pada otot rangka) dan sistem saraf otonom (neuron motor pada otot polos)

Sistem saraf otonom: sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.

 

Perbedaan saraf simpatis dengan parasimpatis

Perbedaan

Saraf Simpatis

Saraf Parasimpatis

Asal serat saraf

Berasal dari bagian toraks dan lumbar medula spinalis

Berasal dari area kranium (kepala) dan sakrum

Ukuran serat praganglion

Pendek

Panjang

Ukuran serat pasca-ganglion

Panjang

Pendek

Jenis  neurotransmiter

Asetilkolin dan noradrenalin

Asetilkolin

Efek

Untuk aktivitas fisik berat

Untuk keadaan tenang

 

Gangguan Sistem Saraf

a.   Meningitis, radang selaput otak karena infeksi bakteri atau virus.

b.   Ensefalitis, peradangan jaringan otak, biasanya disebabkan oleh virus.

c.   Neuritis, gangguan saraf tepi akibat peradangan, keracunan, atau tekanan.

d.   Rasa baal (kebas) dan kesemutan, gangguan sistem saraf akibat gangguan metabolisme, tertutupnya aliran darah, atau kekurangan vitamin neurotropik (B1, B6, dan B12).

e.   Epilepsi (ayan), penyakit serangan mendadak karena trauma kepala, tumor otak, kerusakan otak saat kelahiran, stroke, dan alkohol.

f.    Alzheimer, sindrom kematian sel otak secara bersamaan.

g.   Gegar otak, bergeraknya jaringan otak dalam tengkorak menyebabkan perubahan fungsi mental atau kesadaran.

 

II. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)

Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenjar dan organ yang memproduksi hormon, yaitu senyawa organik pembawa pesan kimiawi di dalam aliran darah menuju sel atau jaringan tubuh.

Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi mengatur aktivitas tubuh seperti metabolisme, homeostasis, pertumbuhan, perkembangan seksual dan siklus reproduksi, siklus tidur, serta siklus nutrisi.

 

A.  Sumber dan Fungsi Hormon

Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin (buntu) dan menjalankan fungsinya di tempat lain. Kelenjar endokrin bermuara langsung ke dalam pembuluh darah sehingga disebut kelenjar buntu. Kelenjar endokrin berperan dalam mengatur dan mengendalikan aktifitas struktur tubuh, baik sel, jaringan, ataupun organ. Secara umum berfungsi mengatur pertumbuhan, keseimbangan internal reproduksi, dan tingkah laku di bawah satu koordinasi dengan sistem saraf.

Kelenjar buntu dibedakan berdasarkan aktifitasnya:

1. Kelenjar yang bekerja sepanjang hayat, misalnya kelenjar yang digunakan dalam metabolisme.

2. Kelenjar yang bekerjanya mulai pada masa tertentu, misalnya kelenjar kelamin.

3. Kelenjar yang bekerja sampai masa tertentu, misalnya kelenjar timus (kacangan).

 

B. Macam-macam kelenjar endokrin

1. Kelenjar Adrenal (Kel. Anak Ginjal/ Kel. Suprarenalis).

Hormon yang dihasilkan:

a.   Hormon Kortikoid, berperan menyerap natrium dalam darah dan mereabsorpsi air pada ginjal.

b.   Hormon Glukokortikoid, berperan dalam menaikkan kadar glukosa darah dan mengubah protein menjadi glikogen di hati.

c.   Hormon androgen, bersama-sama dengan hormon gonad berperan membentuk sifat kelamin sekunder pada pria.

d.   Hormon epinefrin atau adrenalin, berperan menaikkan frekuensi denyut jantung, memperkuat denyut jantung, dan membantu mengubah glikogen (dalam otot) menjadi glukosa (dalam darah).

Kelainan pada kelenjar adrenal:

§ Kelebihan/hipersekresi à virilisme, yaitu timbulnya ciri kelamin sekunder pria pada wanita.

§ Kekurangan/hiposekresi à penyakit Addison (kulit menjadi merah dan selalu mengakibatkan kematian).

 

2.   Kel. Hipofisis (pituitari) à master of gland

a.   Kelenjar buntu terbesar.

b.   Berperan dalam:

-   Pertumbuhan tulang (tinggi badan).

-   Mengatur keseimbangan air.

-   Mempengaruhi sekresi air susu.

Kelebihan :

-   Gigantisme (pertumbuhan badan yang berlebihan).

-   Akromegali (pertumbuhan ujung-ujung tulang).

Kekurangan/hiposekresi

-   Dwarfisme (kekerdilan).

 

c. Kelenjar hipofisis terdiri dari 3 lobus, yaitu :

1). Lobus anterior (bagian depan)

Hormon yang dihasilkan:

a)   Tirotropin, berperan dalam merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi tiroksin.

b)   Adrenokortikotropin (ACTH), merangsang korteks adrenal untuk memproduksi kortikosteroid.

c)   Folikel Stimulating Hormon (FSH),

- Pada wanita merangsang perkembangan ovarium dan mengurangi sekresi estrogen pada wanita,

- Pada pria menstimulasi testis untuk menghasilkan sperma.

d) Luteinizing Hormon (LH),

-   Pada wanita bersama estrogen menstimulasi ovulasi dan pembentukan progesteron.

-   Pada pria menstimulasi sel-sel interstisiil pada testis untuk berkembang dan menghasilkan testosteron.

e) Prolaktin (Luteotropic Hormon/LTH) atau lactogen, berguna untuk menstimulasi sekresi air susu oleh kelenjar susu.

f) Somatotrof (STH), berguna merangsang pertumbuhan tubuh terutama tulang.

Hipersekresi à gigantisme (muda) dan akromegali (dewasa)

Hiposekresi à kretinisme (kekerdilan).

2). Lobus intermedia (bagian tengah)

Merupakan bagian yang rudimenter (mengalami kemunduran) pada manusia dan fungsinya belum jelas. Pada katak berperan  dalam menghasilkan MSH (melanosit stimulating hormone) untuk mengatur penyuburan pigmen melanin pada kulit.

 

3). Lobus posterior (bagian belakang)

Hormon yang dihasilkan antara lain:

a). Hormon oksitosin, berperan dalam membantu kelahiran (merangsang kontraksi otot polos pada uterus).

b). Hormon Vasopresin/ADH, berguna dalam mengatur kadar air dalam tubuh dan darah melalui penyerapan air oleh tubulus kontortus sehingga mencegah pembentukan urin dalam jumlah banyak.

Kekurangan mengakibatkan diabetes insipidus.

 

3. Kelenjar Tiroid (Kelenjar Gondok)

Terletak di daerah leher dekat jakun.

Hormon yang dihasilkan:

a. iroksin, berperan dalam metabolisme tubuh, oksidasi sel-sel tubuh, pertumbuhan fisik, perkembangan mental, kematangan seks, mengubah glikogen, serta distribusi garam dan air.

b.   Triodotironin, berperan sama dengan tiroksin.

c.   Kalsitonin, berperan dalam menjaga keseimbangan kalsium dalam darah.

Gangguan pada kelenjar tiroid

Hipofungsi :

Kretinisme secara fisik dan mental pada anak-anak.

Maksodema (kegemukan/obesitas dan kecerdasan menurun).

Hiperfungsi:

Morbus basedowi (hiperaktif tetapi badan kurus, gugup, nadi dan napas tidak teratur, mulut ternganga, mata lebar, metabolisme meningkat, dan bersifat emosional).

 

4. Kelenjar Paratiroid (Kelenjar Anak Gondok)

Menghasilkan hormon parathormon yang berfungsi dalam mengendalikan kadar kalsium dalam darah.

Hipofungsi:

Kadar kalsium menurun dan kejang otot (tetani)

Hiperfungsi:

Kadar kalsium meningkat, terjadi batu ginjal.


5. Kelenjar Pankreas (Pulau Langerhans)

Menghasilkan hormon insulin dan glukagon.

Insulin à mengubah glukosa menjadi glikogen (gula otot).

Glukagon à mengubah glikogen menjadi glukosa

6. Kelenjar Timus (Kelenjar Kacangan)

Berperan dalam penimbunan hormon pertumbuhan (somatotrop)

7. Kelenjar Gonad (Kel. Kelamin)

Meliputi :

a.   Ovarium, menghasilkan estrogen dan progesteron.

Estrogen berperan dalam perkembangan ciri kelamin sekunder pada wanitaà dihasilkan oleh folikel de Graaf.

Progesteron berperan dalam penebalan dan perbaikan dinding uterus à dihasilkan oleh korpus luteum.

b. Testis

Menghasilkan testosteron yang berperan dalam pembentukan ciri kelamin sekunder pria.

8. Kelenjar pencernaan

a.  Kelenjar endokrin usus, menghasilkan:

  Hormon sekretin, berfungsi merangsang sekresi kelenjar pankreas.

  Hormon kolesistokinin, berfungsi dalam pelepasan cairan empedu dari kantung empedu.

b. Kelenjar dalam lambung, menghasilkan:

  Hormon gastrin, berfungsi merangsang sekresi kelenjar lambung.

 

Perbedaan antara sistem saraf dengan sistem hormon

No

Pembeda

Saraf

Hormon

1.

Reaksi yg ditimbulkan /kecepatan respon

Cepat

Lambat

2.

Zat yang dikeluarkan/dikirim/jenis respons

Neurotransmitter

Sekret/getah

3.

Media pengeluarannya/pembawa sinyal

Sel saraf

Darah

4.

Cara penyampaian informasi

Impuls saraf

Cairan hormon

5.

Organ target

khusus

Khusus/umum

 

III.  SISTEM INDRA

Adalah organ reseptor yang bertugas menerima rangsang.

Macam reseptor dalam tubuh antara lain eksteroseptor, interoseptor, dan propioseptor (dalam otot).

Ada 5 macam eksteroseptor pada tubuh, antara lain indera penglihat, pendengar, peraba, pengecap, dan pembau.

A.   Mata (fotoreseptor)

Bagian-bagian mata:

1.   Kornea, merupakan selaput luar yang berdinding keras dan putih (lapisan sklera) tetapi tembus pandang. Berfungsi menerima cahaya pertama kali.

2.   Koroid, merupakan lapisan tengah, mengandung banyak pembuluh darah (kecuali bagian depan). Berfungsi memberikan nutrisi bagi bagian mata yang lain.

3.   Iris (selaput pelangi), merupakan selaput berwarna (hitam atau coklat) karena mengandung pigmen melanin. Bagian ini dapat mengerut atau mengembang sehingga membentuk pupil.

4.   Pupil, merupakan lubang yang dibatasi selaput pelangi, berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata.

5.   Lensa mata, merupakan lensa bikonveks, berfungsi membiaskan dan memfokuskan cahaya agar bayangan benda tepat jatuh pada retina.

6.   Badan bening (vitreous humor), merupakan cairan bening dan kental, berfungsi meneruskan rangsang ke bagian retina. Cairan ini menyebabkan bola mata menjadi kokoh.

7.   Retina (selaput jala), mengandung reseptor, ganglia, melanin, dan serabut saraf. Ada 2 tipe reseptor, yaitu sel kerucut (konus) yang peka terhadap cahaya terang dan sel batang (bacillus) yang peka terhadap cahaya lemah. Sel batang mengandung pigmen rhodopsin (senyawa vitamin A dan protein tertentu) dan sel kerucut mengandung iodopsin (senyawa retinin dan opsin).

 

Sel fotoreseptor dibagi menjadi 2 macam, antara lain :

a.   Sel batang (Basillus cell), mengandung pigmen rhodopsin yang tersusun dari vitamin A dan protein. Rhodopsin akan terurai jika ada cahaya dan akan terbentuk kembali jika tidak ada cahaya. Proses pembentukan kembali rhodpsin membutuhkan beberapa waktu, sekitar 20 detik (disebut waktu adaptasi rodopsin).

b.   Sel kerucut (Cone Cell), sangat peka terhadap cahaya kuat. Mengandung iodpsin yang tersusun dari retinin dan opsin.

Sel konus dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1)     Sel kerucut yang peka terhadap warna biru.

2)     Sel kerucut yang peka terhadap warna hijau.

3)     Sel kerucut yang peka terhadap warna merah.

Dari kombinasi ketiga warna ini kita dapat menerima spektrum warna ungu sampai merah.

* mata manusia mengandung banyak sel konus daripada basillus.

8.      Badan silia (bintik buta), merupakan otot melingkar dan otot radial yang terdapat pada ujung depan lapisan koroid yang membentuk penebalan. Bagian ini tidak mengandung sel konus atau sel bacillus, tidak peka terhadap cahaya, dan tempat keluarnya serabut saraf mata menuju otak.

9.      Fovea (bintik kuning), merupakan tempat bayangan jatuh pada daerah retina.

10. Saraf mata, merupakan serabut saraf yang meneruskan rangsang cahaya ke saraf kranial (saraf optik).

 

Mekanisme melihat benda:

lightà cornea à aqueus humor à pupil à lens à vitreus humor à retina à photoreceptor

 

Penyakit dan kelainanan pada pancaindera

1. Myopi (rabun jauh), disebabkan oleh lensa matang yang terlalu cembung. Akibatnya, objek yang jauh terlihat kabur karena bayangan jatuh di depan retina. Dapat dibantu dengan kacamata berlensa cekung (negative).

2. Hypermethropia, disebabkan oleh lensa mata yang terlalu pipih. Akibatnya, objek yang dekat terlihat kabur karena bayangan jatuh di belakang retina. Dapat dibantu menggunakan lensa cembung.

3. Astigmatism, disebabkan oleh tidak ratanya permukaan kornea. Astigmatis yang teratur dapat dibantu dengan lensa silindris. Tetapi astigmatis yang tidak teratur tidak dapat dibantu.

4. Presbiopia, disebabkan oleh kurang elastisnya lensa mata. Biasa diderita oleh lansia. Umumnya masih bisa melihat objek yang jauh, tetapi memerlukan lensa cembung untuk melihat benda pada jarak dekat.

5. Hemeralopia (rabun senja), disebabkan kekurangan vitamin A.

6. Buta warna, disebabkan oleh factor genetic. Dibedakan menjadi :

a.   Mata monochromatic, mempunyai satu jenis sel konus yang normal. Penderita hanya mampu membedakan warna hitam dan putih.

b.   Mata dichromatics, mempunyai dua macam sel konus yang normal, sehingga ada yang tidak dapat membedakan warna merah (protanopia), warna hijau (deuteranopia), atau warna biru (tritanopia).

7. Katarak, disebabkan keruhnya lensa mata.

8. Slanting (juling), disebabkan tidak serasinya otot mata kanan dan kiri, sehingga arah pandangan bola mata tidak sama.

9. Radang / belek, disebabkan oleh virus.

 

B.  Hidung

  Indera pembau memiliki reseptor yang peka terhadap rangsangan bau, misalnya harum dan busuk.

  Reseptor pembau terletak di selaput lendir hidung.

  Menerima rangsang berupa bau yang berasal dari zat-zat kimia yang menguap.

  Pada ujung sel reseptor terdapat silia (rambut pembau) yang berhubungan dengan saraf olfaktori.

  Kerja indera pembau berhubungan dengan indera pengecap. Misalnya pada penderita influenza kemampuan membau dan mengecapnya berkurang karena ujung saraf indera pembau tertutup oleh lendir.

 

C.  Lidah

Merupakan organ yang tersusun atas otot. Di permukaan lidah terdapat banyak tonjolan kecil yang disebut papilla (berupa kemoreseptor), yang memberi kesan lidah terlihat kasar, dan terdapat pada papila lidah langit-langit lunak, epiglotis, dan faring.

Bentuk papila: filiformis (kerucut), fungiformis (bulat), sirkumvalata (menonjol dan tersusun seperti huruf V), dan foliata (seperti daun).

Area kepekaan rasa:

-   Rasa manis, di ujung lidah.

-   Rasa asin, reseptor banyak di bagian samping.

-   Resa asam, bagian samping lidah agak ke belakang.

-   Rasa pahit, bagian belakang pangkal lidah.

 

D.  Telinga

Telinga memiliki reseptor untuk menangkap rangsang getaran bunyi yang disebut fonoreseptor.

Telinga mempunyai 3 bagian, yaitu:

1.   Telinga luar, terdiri dari bagian:

a.   Daun telinga (auricula) à mengumpulkan dan menyalurkan gelombang bunyi kedalam telinga.

b.   Liang telinga à saluran menuju membran tympani sepanjang ± 2,5 cm.

c.   Rambut telinga à bulu-bulu halus untuk menahan dan menjerat kotoran yang melewati lubang telinga.

d.   Kelenjar minyak à menghasilkan cairan seperti malam (wax/serumen) untuk meminyaki dan menjerat kotoran yang melewati lubang telinga.

e.   Membran tymphani (selaput gendang) à selaput tipis dan kuat yang berguna untuk menangkap getaran bunyi dan menyalurkannya ke tulang-tulang pendengar.

2.   Telinga tengah, terdiri dari :

a.   Tulang pendengar (osikula),

-   Martil (maleus)

-   Landasan (incus)

-   Sanggurdi (stapes)

Telinga tengah dihubungkan dengan tenggorokan melalui saluran eustachius sehingga terjadi keseimbangan tekanan udara antara telinga tengah dengan telinga luar.

3.   Telinga dalam, terdiri dari:

a.     Tingkap oval

b.    Tiga saluran setengah lingkaran (canalis semisirkularis) à di dalamnya terdapat otolith untuk keseimbangan

c.     Sacculus dan Utriculus à kantung kecil tempat 3 saluran setengah lingkaran (canalis semisirkularis) berpangkal yang berisi cairan endolimfe dan kalsium karbonat.

d.    Rumah siput (cochlea) à saluran seperti spiral yang berisi cairan endolimfe. Terbagi menjadi 3 saluran, yaitu kanal vestibular, kanal timpani, dan kanal tengah.

e.     Organ Korti à organ pendengaran sesungguhnya/peka terhadap rangsang bunyi.

 

Proses mendengar

Getaran (suara) à daun telinga à saluran telinga à membran timphani à tulang pendengaran à tingkap oval à koklea  & tingkap bundar (endolimfe) à saraf pendengaran à otak

Mekanisme Transmisi Pendengaran

a.   Melalui penghantaran suara.

Dimulai dari getaran suara sampai berakhir di koklea.

b.  Melalui penghantaran tulang.

Terjadi melalui tulang tengkorak yang bergetar dan mempengaruhi cairan endolimfe.

 Kelainan pada telinga

a.   Infeksi

b.   Tuli

1) Tuli konduksi, disebabkan oleh :

  Penyumbatan saluran telinga oleh minyak serumen.

  Penebalan atau pecahnya membran timpani.

  Pengapuran pada tulang pendengaran.

  Kekakuan hubungan stapes pada tingkap oval

2) Tuli saraf (permanen)


E.   Kulit

Pada kulit terdapat reseptor yang peka terhadap rangsang fisik (mekanoreseptor). Saraf sensorik pada kulit

a.   Berselubung (korpuskel)

-   Meissner (sentuhan/rabaan)

-   Paccini (tekanan kuat)

-   Merkel (sentuhan/tekanan ringan).

b. Tidak berselubung / bebas

-   Ruffini (panas)

-   Krausse (dingin)

-   Ujung saraf tanpa selaput/gundul (sakit/nyeri).