SISTEM SARAF
Sistem
saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu:
1. Pengatur/pengendali
kerja organ tubuh,
2. Pusat pengendali tanggapan,
3. Alat komunikasi dengan dunia luar.
Untuk bereaksi terhadap rangsangan, tubuh memerlukan
3 komponen yaitu:
1. Reseptor
2. Sistem saraf
3. Efektor
I. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
A.
Neuron (Sel Saraf)
1.
Neuron merupakan unit fungsional sistem saraf,
terdiri atas bagian:
• Badan sel. Berfungsi
mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
• Dendrit. Juluran sitoplasma
untuk menerima impuls dari sel lain untuk dikirimkan ke badan sel.
• Akson. Juluran sitoplasma yang
panjang untuk mengirimkan impuls ke neuron lainnya. Akson dibungkus selubung
mielin. Bagian akson tanpa mielin disebut nodus Ranvier untuk mempercepat
jalannya impuls. Mielin ditutupi oleh selubung Schwann (neurilema).
2.
Neuron tidak dapat melakukan mitosis, namun
serabutnya dapat beregenerasi.
3.
Macam-macam neuron
Neuron berdasarkan juluran
sitoplasma:
˗ Neuron multipolar: satu akson
dan dua dendrit atau lebih.
˗ Neuron bipolar: dua juluran
berupa dendrit dan akson.
˗ Neuron unipolar: neuron bipolar yang tampak hanya memiliki satu juluran dari badan sel karena akson dan dendritnya berfusi.
Neuron berdasarkan fungsi:
˗ Neuron sensor (aferen): menghantarkan impuls dari organ sensor ke saraf pusat.
˗ Neuron motor (eferen): menghantarkan impuls dari saraf pusat ke organ motor atau
kelenjar.
˗ Neuron konektor: penghubung antar-neuron.
4. Sel Neuroglia (Glia)
Adalah
sel penunjang pada saraf pusat yang berfungsi sebagai jaringan ikat.
Jenis
sel glia:
• Astrosit, sebagai lem yang menyatukan neuron.
• Oligodendrosit, membentuk lapisan mielin.
• Mikroglia, untuk pertahanan imun.
• Sel ependima, membran epitelium yang melapisi rongga serebral dan
medula spinalis.
5.
Sinapsis
• Adalah hubungan satu neuron dengan yang lain; titik temu
ujung akson satu neuron dengan dendrit dari neuron lain; atau hubungan ke otot
dan kelenjar.
• Bagian sinapsis: prasinaps
(bagian akson terminal), celah sinaps (ruang antara prasinaps dengan
pascasinaps), dan pascasinaps (bagian dendrit).
• Pada celah sinaps terdapat substansi kimia neurotransmiter
untuk mengirimkan impuls.
• Neurotransmiter dapat bersifat eksitasi
(meningkatkan impuls) atau inhibisi (menghambat impuls).
6.
Impuls Saraf, Gerak Sadar, dan Refleks
• Impuls saraf adalah rangsangan yang diterima oleh
reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron menjalari serabut
saraf.
• Impuls akan menyebabkan terjadinya gerakan.
• Gerak sadar (disengaja/disadari):
impuls
à reseptor/indra à saraf sensoris à otak à saraf motor à efektor/otot
• Gerak refleks (tidak disengaja/tidak disadari):
Impuls à reseptor/indra à saraf sensoris à sumsum tulang belakang à saraf motor à efektor/otot
7.
Mekanisme Penghantaran Impuls
• Impuls yang diterima oleh reseptor dihantarkan oleh
dendrit menuju badan sel saraf dan akson, kemudian dihantarkan ke neuron
lainnya.
• Neuron dalam keadaan istirahat memiliki energi
potensial membran untuk bekerja mengirim impuls. Energi tersebut dihasilkan
oleh perbedaan komposisi ion intraseluler dan ekstraseluler.
• Di dalam sel, kation (ion positif) utama adalah K+,
dan Na+ rendah. Di luar sel, kation utamanya Na+. K+
rendah.
• Energi dipertahankan dengan cara pompa K+ ke
dalam sel dan Na+ ke luar sel.
• Tahap penghantaran impuls
- Tahap istirahat (polarisasi). Neuron tidak menghantarkan impuls, ekstraseluler
bermuatan positif (+) dan intraseluler bermuatan negatif (-).
- Tahap depolarisasi. Neuron mendapat rangsang, saluran Na+
terbuka dan Na+ masuk ke dalam sel. Terjadi perubahan muatan
listrik: ekstraseluler bermuatan negatif, intraseluler bermuatan positif.
- Tahap repolarisasi. Saluran Na+ tertutup, saluran K+
terbuka sehingga K+ keluar. Kondisi akan kembali seperti tahap
istirahat.
Penghantaran impuls saraf
Saraf
dalam keadaan polarisasi à
dirangsang à
depolarisasi à
timbul aliran listrik à
timbul impuls saraf à
penghantaran impuls melalui neuron.
8.
Sistem Saraf Pusat (SSP)
a. Terdiri atas otak (serebral) dan sumsum tulang
belakang (medula spinalis). Keduanya dilapisi jaringan ikat yang disebut meninges,
yang terdiri atas:
• Piameter,
lapisan paling dalam dan mengandung pembuluh darah.
• Araknoid,
lapisan tengah dan mengandung sedikit pembuluh darah.
• Durameter,
lapisan terluar yang terdiri atas dua lapisan. Lapisan terluar melekat pada
kranium.
b. Otak dan medula spinalis memiliki substansi abu-abu
(bagian dalam) dan substansi
putih (bagian luar).
a. Otak
Tersusun dari 100 milyar neuron yang terhubung oleh
sinapsis membentuk anyaman kompleks.
Bagian-bagian otak:
(1) Serebrum (otak besar). Mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak. Bagian
terluarnya disebut korteks serebral, dan bagian dalamnya disebut nukleus
(ganglia) basal. Area fungsional korteks serebral:
• Area motor primer, mengendalikan kemampuan bicara.
• Area sensor korteks, meliputi area sensor, area visual, area auditori, area
alfaktori, dan area pengecap.
• Area asosiasi, meliputi area frontal (pusat intelektual dan fisik), area somatik (pusat
interpretasi), area visual, dan area wicara Wernicke.
Nukleus basal merupakan pusat koordinasi motor.
(2) Diensefalon. Terletak di antara serebrum dan otak tengah. Terdiri
atas:
• Talamus, berfungsi menerima dan meneruskan impuls ke
korteks otak besar, serta berperan dalam sistem kesadaran dan kontrol motor.
• Hipotalamus, berfungsi mengendalikan sistem saraf otonom,
pusat pengaturan emosi, dan memengaruhi sistem endokrin.
• Epitalamus, berperan dalam dorongan emosi.
(3) Sistem limbik, yaitu cincin struktur otak depan yang mengelilingi otak dan berfungsi dalam pengaturan emosi, mempertahankan kelangsungan hidup, pola perilaku sosioseksual, motivasi, dan belajar.
(4) Mesensefalon (otak tengah), menghubungkan pons dan serebelum (otak kecil) dengan otak besar, berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks, serta meneruskan informasi penglihatan dan pendengaran.
(5) Pons Varolii (jembatan varol), mengatur frekuensi dan kekuatan bernapas.
(6) Serebelum (otak kecil), mempertahankan keseimbangan, kontrol gerakan mata, meningkatkan kontraksi otot, serta koordinasi gerakan sadar yang berkaitan dengan keterampilan.
(7) Medula oblongata (sumsum lanjutan), berfungsi dalam pengendalian ferkuensi denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, gerakan alat pencernaan makanan, menelan, muntah, sekresi kelenjar pencernaan, dan mengatur gerak refleks.
(8) Formasi retikuler, berfungsi memicu dan mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran.
b. Medula Spinalis (Sumsum tulang belakang)
• Berfungsi mengendalikan aktivitas refleks, komunikasi
antara otak dengan semua bagian tubuh, serta menghantarkan rangsangan
koordinasi antara otot dan sendi ke serebelum.
• Substansi abu-abu mengisi struktur dalam dan substansi
putih mengisi struktur bagian luar.
c. Sistem Saraf Tepi (SST)
1. Saraf cranial (Central Nerve)
No |
Nama saraf kranial |
Jenis Neuron |
Fungsi |
1 |
Saraf olfaktori (CN
I) |
Sensori |
Indra penciuman |
2 |
Saraf optik (CN II) |
Sensori |
Indra penglihatan |
3 |
Saraf okulomotor (CN
III) |
Sensori, motorik |
Impuls dari dan ke
otot mata |
4 |
Saraf troklear (CN
IV) |
Sensori, motorik |
Impuls dari dan ke
otot sadar mata |
5 |
Saraf trigeminal (CN
V) |
Sensori, motorik |
Impuls otot
mastikasi, wajah, hidung, dan mulut |
6 |
Saraf abdusen (CN VI)
|
Sensori, motorik |
Impuls dari dan ke
otot rektus lateral mata |
7 |
Saraf fasial (CN VII)
|
Sensori, motorik |
Impuls ekspresi
wajah, lidah, kelenjar air mata dan saliva |
8 |
Saraf
vestibulokoklear (CN VIII) |
Sensori, |
Impuls dari indra
pendengaran |
9 |
Saraf glosofaring (CN
IX) |
Sensori, motorik |
Impuls otot bicara,
menelan, kelenjar ludah, rasa pada lidah |
10 |
Saraf vagus (CN X) |
Sensori, motorik |
Impuls organ pada
toraks dan abdomen |
11 |
Saraf aksesori spinal
(CN XI) |
Sensori, motorik |
Impuls faring,
laring, trapezius, dan sternokleidomastoid |
12 |
Saraf hipoglosal (CN
XII) |
Sensori, motorik |
Impuls dari dan ke
otot lidah |
2. Saraf spinal
• Terdiri atas 31 pasang saraf yang muncul dari
segmen-segmen medula spinalis dan diberi nama sesuai nama ruas tulang belakang.
Berdasarkan arah impuls, SST dibagi menjadi divisi
aferen (membawa informasi dari reseptor ke SSP dan divisi eferen (membawa
instruksi dari SSP ke organ efektor).
Divisi eferen: sistem
saraf somatik (neuron motor pada otot rangka) dan sistem saraf otonom (neuron
motor pada otot polos)
Sistem saraf otonom: sistem saraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis.
Perbedaan saraf simpatis dengan parasimpatis
Perbedaan |
Saraf Simpatis |
Saraf Parasimpatis |
Asal serat saraf |
Berasal dari bagian
toraks dan lumbar medula spinalis |
Berasal dari area
kranium (kepala) dan sakrum |
Ukuran serat
praganglion |
Pendek |
Panjang |
Ukuran serat pasca-ganglion |
Panjang |
Pendek |
Jenis neurotransmiter |
Asetilkolin dan
noradrenalin |
Asetilkolin |
Efek |
Untuk aktivitas fisik
berat |
Untuk keadaan tenang |
Gangguan Sistem Saraf
a. Meningitis,
radang selaput otak karena infeksi bakteri atau virus.
b. Ensefalitis, peradangan jaringan otak, biasanya disebabkan oleh virus.
c. Neuritis,
gangguan saraf tepi akibat peradangan, keracunan, atau tekanan.
d. Rasa baal (kebas) dan kesemutan, gangguan sistem saraf akibat gangguan metabolisme,
tertutupnya aliran darah, atau kekurangan vitamin neurotropik (B1, B6, dan
B12).
e. Epilepsi (ayan), penyakit serangan mendadak karena trauma kepala, tumor otak,
kerusakan otak saat kelahiran, stroke, dan alkohol.
f. Alzheimer,
sindrom kematian sel otak secara bersamaan.
g. Gegar otak,
bergeraknya jaringan otak dalam tengkorak menyebabkan perubahan fungsi mental
atau kesadaran.
II. SISTEM
ENDOKRIN (HORMON)
Sistem endokrin adalah
sekumpulan kelenjar dan organ yang memproduksi hormon, yaitu senyawa organik
pembawa pesan kimiawi di dalam aliran darah menuju sel atau jaringan tubuh.
Sistem endokrin
berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi mengatur aktivitas tubuh seperti
metabolisme, homeostasis, pertumbuhan, perkembangan seksual dan siklus
reproduksi, siklus tidur, serta siklus nutrisi.
A. Sumber dan Fungsi Hormon
Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin (buntu) dan
menjalankan fungsinya di tempat lain. Kelenjar endokrin bermuara langsung ke
dalam pembuluh darah sehingga disebut kelenjar buntu. Kelenjar endokrin
berperan dalam mengatur dan mengendalikan aktifitas struktur tubuh, baik sel,
jaringan, ataupun organ. Secara umum berfungsi mengatur pertumbuhan,
keseimbangan internal reproduksi, dan tingkah laku di bawah satu koordinasi
dengan sistem saraf.
Kelenjar buntu dibedakan berdasarkan aktifitasnya:
1. Kelenjar yang bekerja
sepanjang hayat, misalnya kelenjar yang digunakan dalam metabolisme.
2. Kelenjar yang bekerjanya mulai pada masa tertentu,
misalnya kelenjar kelamin.
3. Kelenjar yang bekerja sampai masa tertentu, misalnya
kelenjar timus (kacangan).
B.
Macam-macam kelenjar endokrin
1. Kelenjar Adrenal (Kel.
Anak Ginjal/ Kel. Suprarenalis).
Hormon yang dihasilkan:
a. Hormon
Kortikoid, berperan menyerap natrium dalam darah dan mereabsorpsi air pada
ginjal.
b. Hormon
Glukokortikoid, berperan dalam menaikkan kadar glukosa darah dan mengubah
protein menjadi glikogen di hati.
c. Hormon
androgen, bersama-sama dengan hormon gonad berperan membentuk sifat kelamin
sekunder pada pria.
d. Hormon
epinefrin atau adrenalin, berperan menaikkan frekuensi denyut jantung,
memperkuat denyut jantung, dan membantu mengubah glikogen (dalam otot) menjadi
glukosa (dalam darah).
Kelainan
pada kelenjar adrenal:
§ Kelebihan/hipersekresi
à
virilisme, yaitu timbulnya ciri kelamin sekunder pria pada wanita.
§ Kekurangan/hiposekresi
à
penyakit Addison (kulit menjadi merah dan selalu mengakibatkan kematian).
2.
Kel. Hipofisis (pituitari) à master of gland
a. Kelenjar
buntu terbesar.
b. Berperan
dalam:
- Pertumbuhan
tulang (tinggi badan).
- Mengatur
keseimbangan air.
- Mempengaruhi
sekresi air susu.
Kelebihan :
- Gigantisme
(pertumbuhan badan yang berlebihan).
- Akromegali
(pertumbuhan ujung-ujung tulang).
Kekurangan/hiposekresi
- Dwarfisme
(kekerdilan).
c.
Kelenjar hipofisis terdiri dari 3 lobus, yaitu :
1).
Lobus anterior (bagian depan)
Hormon
yang dihasilkan:
a) Tirotropin,
berperan dalam merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi tiroksin.
b) Adrenokortikotropin
(ACTH), merangsang korteks adrenal untuk memproduksi
kortikosteroid.
c) Folikel
Stimulating Hormon (FSH),
-
Pada wanita merangsang perkembangan ovarium dan mengurangi sekresi estrogen
pada wanita,
-
Pada pria menstimulasi testis untuk menghasilkan sperma.
d) Luteinizing
Hormon (LH),
- Pada
wanita bersama estrogen menstimulasi ovulasi dan pembentukan progesteron.
- Pada
pria menstimulasi sel-sel interstisiil pada testis untuk berkembang dan
menghasilkan testosteron.
e) Prolaktin (Luteotropic Hormon/LTH)
atau lactogen, berguna untuk menstimulasi sekresi air susu oleh kelenjar
susu.
f) Somatotrof
(STH), berguna merangsang pertumbuhan tubuh terutama tulang.
Hipersekresi à gigantisme (muda) dan akromegali
(dewasa)
Hiposekresi à kretinisme (kekerdilan).
2).
Lobus intermedia (bagian tengah)
Merupakan
bagian yang rudimenter (mengalami kemunduran) pada manusia dan fungsinya belum
jelas. Pada katak berperan dalam
menghasilkan MSH (melanosit stimulating hormone) untuk mengatur
penyuburan pigmen melanin pada kulit.
3).
Lobus posterior (bagian belakang)
Hormon yang dihasilkan antara lain:
a). Hormon oksitosin, berperan dalam
membantu kelahiran (merangsang kontraksi otot polos pada uterus).
b). Hormon Vasopresin/ADH, berguna dalam
mengatur kadar air dalam tubuh dan darah melalui penyerapan air oleh tubulus
kontortus sehingga mencegah pembentukan urin dalam jumlah banyak.
Kekurangan
mengakibatkan diabetes insipidus.
3. Kelenjar Tiroid (Kelenjar Gondok)
Terletak di daerah leher
dekat jakun.
Hormon yang dihasilkan:
a. iroksin,
berperan dalam metabolisme tubuh, oksidasi sel-sel tubuh, pertumbuhan fisik,
perkembangan mental, kematangan seks, mengubah glikogen, serta distribusi garam
dan air.
b. Triodotironin,
berperan sama dengan tiroksin.
c. Kalsitonin,
berperan dalam menjaga keseimbangan kalsium dalam darah.
Gangguan pada kelenjar tiroid
Hipofungsi :
Kretinisme secara fisik dan
mental pada anak-anak.
Maksodema
(kegemukan/obesitas dan kecerdasan menurun).
Hiperfungsi:
Morbus basedowi (hiperaktif tetapi badan kurus, gugup,
nadi dan napas tidak teratur, mulut ternganga, mata lebar, metabolisme
meningkat, dan bersifat emosional).
4. Kelenjar Paratiroid
(Kelenjar Anak Gondok)
Menghasilkan
hormon parathormon yang berfungsi dalam mengendalikan kadar kalsium dalam
darah.
Hipofungsi:
Kadar
kalsium menurun dan kejang otot (tetani)
Hiperfungsi:
Kadar
kalsium meningkat, terjadi batu ginjal.
5. Kelenjar Pankreas
(Pulau Langerhans)
Menghasilkan
hormon insulin dan glukagon.
Insulin
à
mengubah glukosa menjadi glikogen (gula otot).
Glukagon
à
mengubah glikogen menjadi glukosa
6. Kelenjar Timus
(Kelenjar Kacangan)
Berperan
dalam penimbunan hormon pertumbuhan (somatotrop)
7. Kelenjar Gonad (Kel.
Kelamin)
Meliputi
:
a. Ovarium, menghasilkan estrogen dan
progesteron.
Estrogen
berperan dalam perkembangan ciri kelamin sekunder pada wanitaà dihasilkan oleh folikel
de Graaf.
Progesteron
berperan dalam penebalan dan perbaikan dinding uterus à dihasilkan oleh korpus
luteum.
b. Testis
Menghasilkan
testosteron yang berperan dalam pembentukan ciri kelamin sekunder pria.
8. Kelenjar pencernaan
a. Kelenjar
endokrin usus, menghasilkan:
• Hormon
sekretin, berfungsi merangsang sekresi kelenjar pankreas.
• Hormon
kolesistokinin, berfungsi dalam pelepasan cairan empedu dari kantung empedu.
b.
Kelenjar dalam lambung, menghasilkan:
• Hormon
gastrin, berfungsi merangsang sekresi kelenjar lambung.
Perbedaan antara sistem saraf dengan sistem hormon
No |
Pembeda |
Saraf |
Hormon |
1. |
Reaksi yg ditimbulkan /kecepatan respon |
Cepat |
Lambat |
2. |
Zat yang dikeluarkan/dikirim/jenis respons
|
Neurotransmitter |
Sekret/getah |
3. |
Media pengeluarannya/pembawa sinyal |
Sel saraf |
Darah |
4. |
Cara penyampaian informasi |
Impuls saraf |
Cairan hormon |
5. |
Organ target |
khusus |
Khusus/umum |
III. SISTEM
INDRA
Adalah
organ reseptor yang bertugas menerima rangsang.
Macam
reseptor dalam tubuh antara lain eksteroseptor, interoseptor, dan propioseptor
(dalam otot).
Ada
5 macam eksteroseptor pada tubuh, antara lain indera penglihat, pendengar,
peraba, pengecap, dan pembau.
A. Mata
(fotoreseptor)
Bagian-bagian
mata:
1. Kornea,
merupakan selaput luar yang berdinding keras dan putih (lapisan sklera) tetapi
tembus pandang. Berfungsi menerima cahaya pertama kali.
2. Koroid,
merupakan lapisan tengah, mengandung banyak pembuluh darah (kecuali bagian
depan). Berfungsi memberikan nutrisi bagi bagian mata yang lain.
3. Iris
(selaput pelangi), merupakan selaput berwarna (hitam atau coklat) karena
mengandung pigmen melanin. Bagian ini dapat mengerut atau mengembang sehingga
membentuk pupil.
4. Pupil,
merupakan lubang yang dibatasi selaput pelangi, berfungsi mengatur banyak
sedikitnya cahaya yang masuk ke mata.
5. Lensa
mata, merupakan lensa bikonveks, berfungsi membiaskan dan memfokuskan cahaya
agar bayangan benda tepat jatuh pada retina.
6. Badan
bening (vitreous humor), merupakan cairan bening dan kental, berfungsi
meneruskan rangsang ke bagian retina. Cairan ini menyebabkan bola mata menjadi
kokoh.
7. Retina
(selaput jala), mengandung reseptor, ganglia, melanin, dan serabut saraf. Ada 2
tipe reseptor, yaitu sel kerucut (konus) yang peka terhadap cahaya terang dan
sel batang (bacillus) yang peka terhadap cahaya lemah. Sel batang mengandung
pigmen rhodopsin (senyawa vitamin A dan protein tertentu) dan sel kerucut
mengandung iodopsin (senyawa retinin dan opsin).
Sel fotoreseptor dibagi menjadi 2 macam, antara lain
:
a. Sel batang (Basillus cell), mengandung pigmen
rhodopsin yang tersusun dari vitamin A dan protein. Rhodopsin akan terurai jika
ada cahaya dan akan terbentuk kembali jika tidak ada cahaya. Proses pembentukan
kembali rhodpsin membutuhkan beberapa waktu, sekitar 20 detik (disebut waktu adaptasi
rodopsin).
b. Sel kerucut (Cone Cell), sangat peka
terhadap cahaya kuat. Mengandung iodpsin yang tersusun dari retinin dan opsin.
Sel
konus dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1)
Sel kerucut yang peka terhadap warna biru.
2)
Sel kerucut yang peka terhadap warna hijau.
3)
Sel kerucut yang peka terhadap warna merah.
Dari
kombinasi ketiga warna ini kita dapat menerima spektrum warna ungu sampai
merah.
* mata manusia
mengandung banyak sel konus daripada basillus.
8. Badan
silia (bintik buta), merupakan otot melingkar dan otot radial yang
terdapat pada ujung depan lapisan koroid yang membentuk penebalan. Bagian ini
tidak mengandung sel konus atau sel bacillus, tidak peka terhadap cahaya, dan
tempat keluarnya serabut saraf mata menuju otak.
9. Fovea
(bintik kuning), merupakan tempat bayangan jatuh pada daerah retina.
10. Saraf
mata, merupakan serabut saraf yang meneruskan rangsang cahaya ke saraf kranial
(saraf optik).
Mekanisme
melihat benda:
lightà cornea à aqueus humor à pupil à lens à vitreus humor à retina à photoreceptor
Penyakit dan kelainanan pada pancaindera
1. Myopi (rabun jauh), disebabkan oleh
lensa matang yang terlalu cembung. Akibatnya, objek yang jauh terlihat kabur
karena bayangan jatuh di depan retina. Dapat dibantu dengan kacamata berlensa cekung
(negative).
2. Hypermethropia, disebabkan oleh lensa mata yang terlalu
pipih. Akibatnya, objek yang dekat terlihat kabur karena bayangan jatuh di
belakang retina. Dapat dibantu menggunakan lensa cembung.
3. Astigmatism, disebabkan oleh tidak ratanya permukaan kornea.
Astigmatis yang teratur dapat dibantu dengan lensa silindris. Tetapi astigmatis
yang tidak teratur tidak dapat dibantu.
4. Presbiopia, disebabkan
oleh kurang elastisnya lensa mata. Biasa diderita oleh lansia. Umumnya masih
bisa melihat objek yang jauh, tetapi memerlukan lensa cembung untuk melihat
benda pada jarak dekat.
5. Hemeralopia (rabun
senja), disebabkan kekurangan vitamin
A.
6. Buta
warna, disebabkan oleh factor genetic. Dibedakan menjadi :
a. Mata
monochromatic,
mempunyai satu jenis sel konus yang normal. Penderita hanya mampu membedakan
warna hitam dan putih.
b. Mata
dichromatics,
mempunyai dua macam sel konus yang normal, sehingga ada yang tidak dapat
membedakan warna merah (protanopia),
warna
hijau (deuteranopia), atau
warna biru (tritanopia).
7. Katarak, disebabkan keruhnya lensa mata.
8. Slanting (juling), disebabkan tidak serasinya otot mata kanan dan
kiri, sehingga arah pandangan bola mata tidak sama.
9. Radang / belek, disebabkan oleh virus.
B. Hidung
• Indera
pembau memiliki reseptor yang peka terhadap rangsangan bau, misalnya harum dan
busuk.
• Reseptor
pembau terletak di selaput lendir hidung.
• Menerima
rangsang berupa bau yang berasal dari zat-zat kimia yang menguap.
• Pada
ujung sel reseptor terdapat silia (rambut pembau) yang berhubungan dengan saraf
olfaktori.
• Kerja
indera pembau berhubungan dengan indera pengecap. Misalnya pada penderita
influenza kemampuan membau dan mengecapnya berkurang karena ujung saraf indera
pembau tertutup oleh lendir.
C. Lidah
Merupakan organ yang tersusun atas otot. Di permukaan
lidah terdapat banyak tonjolan kecil yang disebut papilla (berupa
kemoreseptor), yang memberi kesan lidah terlihat kasar, dan terdapat pada papila lidah langit-langit lunak,
epiglotis, dan faring.
Bentuk papila: filiformis
(kerucut), fungiformis (bulat), sirkumvalata
(menonjol dan tersusun seperti huruf V), dan foliata (seperti
daun).
Area
kepekaan rasa:
- Rasa manis, di ujung lidah.
- Rasa asin, reseptor banyak di bagian samping.
- Resa asam, bagian samping lidah agak ke belakang.
- Rasa pahit, bagian belakang pangkal lidah.
D. Telinga
Telinga memiliki reseptor untuk menangkap
rangsang getaran bunyi yang disebut fonoreseptor.
Telinga mempunyai 3 bagian, yaitu:
1. Telinga
luar, terdiri dari bagian:
a. Daun
telinga (auricula) à
mengumpulkan dan menyalurkan gelombang bunyi kedalam telinga.
b. Liang
telinga à
saluran menuju membran tympani sepanjang ± 2,5 cm.
c. Rambut
telinga à
bulu-bulu halus untuk menahan dan menjerat kotoran yang melewati lubang
telinga.
d. Kelenjar
minyak à
menghasilkan cairan seperti malam (wax/serumen) untuk meminyaki dan menjerat
kotoran yang melewati lubang telinga.
e. Membran
tymphani (selaput gendang) à
selaput tipis dan kuat yang berguna untuk menangkap getaran bunyi dan
menyalurkannya ke tulang-tulang pendengar.
2. Telinga
tengah, terdiri dari :
a. Tulang
pendengar (osikula),
- Martil
(maleus)
- Landasan
(incus)
- Sanggurdi
(stapes)
Telinga
tengah dihubungkan dengan tenggorokan melalui saluran eustachius
sehingga terjadi keseimbangan tekanan udara antara telinga tengah dengan
telinga luar.
3. Telinga
dalam, terdiri dari:
a.
Tingkap oval
b.
Tiga saluran setengah lingkaran (canalis
semisirkularis) à di
dalamnya terdapat otolith untuk keseimbangan
c.
Sacculus dan Utriculus à kantung kecil tempat 3
saluran setengah lingkaran (canalis semisirkularis) berpangkal yang berisi
cairan endolimfe dan kalsium karbonat.
d.
Rumah siput (cochlea) à
saluran seperti spiral yang berisi cairan endolimfe. Terbagi menjadi 3 saluran,
yaitu kanal vestibular, kanal timpani, dan kanal tengah.
e.
Organ Korti à organ pendengaran sesungguhnya/peka
terhadap rangsang bunyi.
Proses mendengar
Getaran (suara) à daun telinga à saluran telinga à membran timphani à tulang pendengaran à tingkap oval à koklea & tingkap bundar (endolimfe) à saraf pendengaran à otak
Mekanisme Transmisi Pendengaran
a. Melalui
penghantaran suara.
Dimulai
dari getaran suara sampai berakhir di koklea.
b. Melalui
penghantaran tulang.
Terjadi
melalui tulang tengkorak yang bergetar dan mempengaruhi cairan endolimfe.
a. Infeksi
b. Tuli
1) Tuli konduksi,
disebabkan oleh :
• Penyumbatan
saluran telinga oleh minyak serumen.
• Penebalan
atau pecahnya membran timpani.
• Pengapuran
pada tulang pendengaran.
• Kekakuan
hubungan stapes pada tingkap oval
2) Tuli saraf
(permanen)
E.
Kulit
Pada kulit terdapat reseptor yang peka terhadap rangsang fisik (mekanoreseptor). Saraf sensorik pada kulit
a. Berselubung (korpuskel)
- Meissner
(sentuhan/rabaan)
- Paccini
(tekanan kuat)
- Merkel
(sentuhan/tekanan ringan).
b. Tidak berselubung / bebas
- Ruffini
(panas)
- Krausse
(dingin)
- Ujung
saraf tanpa selaput/gundul (sakit/nyeri).